Sabtu, 10 Januari 2015

Antara Ayah, Anak dan Burung Gagak

Pada suatu petang seorang tua bersama anak mudanya yang baru menamatkan
pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di
sekitar mereka.
Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pokok berhampiran. Si ayah lalu
menuding jari ke arah gagak sambil bertanya,
“Nak, apakah benda itu?”
“Burung gagak”, jawab si anak.
Si ayah mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi
pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu
menjawab dengan sedikit kuat,
“Itu burung gagak, Ayah!”
Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama.
Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama
diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat,
“BURUNG GAGAK!!” Si ayah terdiam seketika.
Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan yang
serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal
kepada si ayah,
“Itu gagak, Ayah.” Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi
membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang
sabar dan menjadi marah.
“Ayah!!! Saya tak tahu Ayah paham atau tidak. Tapi sudah 5 kali Ayah bertanya soal
hal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang Ayah mau saya
katakan????
Itu burung gagak, burung gagak, Ayah…..”, kata si anak dengan nada yang begitu marah.
Si ayah lalu bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang
kebingungan.
Sesaat kemudian si ayah keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu
kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah diary lama.
“Coba kau baca apa yang pernah Ayah tulis di dalam diary ini,” pinta si Ayah.
Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut.
“Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba
seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan
bertanya,
“Ayah, apa itu?”
Dan aku menjawab,
“Burung gagak.”
Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku
menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi
rasa cinta dan sayangku, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya.
“Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.”
Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si
Ayah yang kelihatan sayu. Si Ayah dengan perlahan bersuara,
“Hari ini Ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau
telah hilang kesabaran serta marah.”
Lalu si anak seketika itu juga menangis dan bersimpuh di kedua kaki ayahnya
memohon ampun atas apa yg telah ia perbuat.
PESAN:
Jagalah hati dan perasaan kedua orang tuamu, hormatilah mereka.
Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangimu di waktu kecil.
Kita sudah banyak mempelajari tuntunan Islam apalagi berkenaan dengan berbakti
kepada kedua orangtua.Tapi berapa banyak yang sudah dimengerti oleh kita apalagi
diamalkan???
Ingat! ingat! Banyak ilmu bukanlah kunci masuk syurganya Allah.
SEBARKAN ke teman anda jika menurut anda catatan ini bermanfaat….
Author : PercikanIman.org
Shared : Kisah Penuh Hikmah

Senin, 05 Januari 2015

KENANGAN ANAK KECIL



Hey sobat… Apa kabarmu hari ini??? Semoga dalam keadaan yg semangat kalau lg semangat, he.. dan kalau lg galau ya ikuti kata hatimu yang terdalam hingga tiada lg berdusta (so sweet!!!!)
Semua manusia pasti punya kenangan masa kecil, kadang datang bahagia, kadang duka, semua itu adalah bumbu penyejuk yang bisa membuat bibir kita tersungging manis bila kita mengingat akan kebodohan yg kita lakukan atau kenakalan-kenakalan yang membuat orang semakin sebal kepada kita… (maklum penulis juga biangnya nakal dahulu, he..).
Teringat di ujung sebuah sekolahan SD tingkat 3 ada seorang anak kecil yang sedang berlarian cuek bebek akan manusia disekitarnya, dia mengikuti kawan-kawannya menata bangku berjejer beberapa bangku sekolah (mungkin sekitar 10 buah bangku x) terus setelah itu kawan-kawannya bak seorang kesatria melompat dari bangku pertama sampai bangku terakhir dengan mudahnya, lalu diikuti teman yang lain termasuk anak kecil itu, he…
Lalu tiba-tiba wali kelas datang dengan konsep jalangkung (dating tidak diundang trus pulangnya pamitan, he), dan wali kelas tersebut dengan geramnya melihat anak sekelas memainkan permainan yang berbahaya tersebut dan sempat dibuat berantakan ruang seisi kelas seperti kapal pecah, wah pokoknya seru deh berantakannya, lalu semua anak-anak dihukum disuruh kedepan semua siswa cowoknya lalu dengan tidak segannya wali kelas tersebut menghukum berdiri dengan satu kaki dan dua tangan menjewer telinga temannya, wah2 ini kelas koq pada heboh kaya gini, beda sama kelas yang lain kalem-kalem anaknya, wali kelas bergumam… huft…
Itu ceritaku, ku tunggu jandamu sobat, he salah… kutunggu ceritamu sobat..
Salam persahabatan,,,

Kamis, 18 Desember 2014

20 Sen


TERSEBUTLAH kisah, seorang Imam yang dipanggil ke suatu tempat untuk menjadi Imam di sebuah masjid. Ia pun hendak berangkat ke tempat itu, telah menjadi kebiasaan, Imam tersebut selalu menaiki bus untuk pergi ke masjid.

Pada suatu hari, selepas Imam tersebut membayar tiket dan duduk di dalam bus, dia tersadar saat kondektur bus tersebut memberikan uang kembaliannya.

Namun ternyata uang itu lebih dari yang harus ia bawa, sebanyak 20 sen.
Sepanjang perjalanan Imam tersebut memikirkan tentang uang 20 sen tersebut.

“Perlukah aku mengembalikan uang 20 sen ini?” Imam tersebut bertanya kepada dirinya.

“Ah… pemilik bus ini sudah kaya, rasanya hanya uang sebesar 20 sen tidak akan menjadi masalah. Untuk membeli bensin pun tidak akan cukup,” hati kecilnya berkata-kata.

Sesampainya di masjid, Imam itu pun segera menghentikan bus dengan membunyikan bel. Bus pun berhenti.
Namun, saat akan turun Imam itu merasakan kaku tubuhnya. Seketika itu juga ia berhenti berjalan dan berpaling kepada kondektur bus, sambil mengembalikan uang 20 sen yang tadinya takkan dia kembalikan.
“Tadi, kamu memberikan uang kembalian terlalu banyak kepada saya,” kata Imam kepada kondektur bus.

“Oh, terima kasih! Kenapa dikembalikan pak? padahal uang 20 sen itu sangat kecil nilainya,” tutur kondektur bus.

Sang Imam pun menjawab, “Uang tersebut bukan milik saya, sebagai seorang muslim saya harus berlaku jujur.”

Kondektur bus tersebut tersenyum dan berkata, “Sebenarnya saya sengaja memberi uang kembalian lebih sebanyak 20 sen, saya ingin tahu kejujuran anda wahai Imam.”

Imam tersebut turun dari bus dan seluruh jasadnya menggigil kedinginan. Imam tersebut berdoa sambil menadah tangan,

“Astaghfirullah! Ampunkan aku ya Allah, aku hampir-hampir menjual harga sebuah iman dengan 20 sen.”

Kini, banyak sekali orang yang dengan mudahnya menukar keimanan dengan beberapa bungkus mie atau sedikit beras. Hanya untuk mengenyangkan perut, tanpa mengingat balasan yang akan didapat di dunia ataupun di akhirat.

Banyak orang yang tidak sadar, uang yang dia konsumsi akhirnya akan menjadi nyala api di akhirat kelak. “Sedikit kok,” mungkin begitulah tadinya para petinggi yang menyalahgunakan uang umat.

Tapi akhirnya godaan setan terus memperdengarkan nyanyian neraka lalu tergoda kembali untuk mengambil uang yang bukan haknya sedikit demi sedikit

Rabu, 24 September 2014

Memahami Orang dan Kodrat Manusia



Langkah pertama untuk meningkatkan keterampilan anda dalam berhubungan dengan orang (relasi manusia yang berhasil) adalah memahami orang dan kodrat manusia dengan tepat.
Bila anda mempunyai pemahaman yang tepat mengenai orang dan kodrat manusia – bila anda tahu mengapa orang melakukan hal-hal yang mereka lakukan – bila anda tahu mengapa dan bagaimana orang akan bereaksi di bawah kondisi tertentu – maka anda menjadi manajer yang terampil.
Memahami orang dan kodrat manusia hanyalah soal mengenali dan mengakui orang sebagaimana mereka adanya – bukan apa yang anda kira/pikirkan tentang mereka, dan bukan anda menginginkan mereka menjadi apa.
ORANG TERUTAMA TERTARIK PADA DIRI MEREKA SENDIRI, BUKAN PADA ANDA!
Dengan kata lain – orang lain itu sepuluh ribu kali lebih tertarik pada dirinya sendiri daripada tertarik pada anda.
 Dan sebaliknya! Anda lebih tertarik pada diri anda sendiri daripada anda tertarik pada orang lain manapun di dunia ini.
Ingatlah bahwa tindakan manusia diatur oleh pikirannya sendiri, kepentingan dirinya – sifat ini sangat kuat dalam diri manusia sehingga pikiran yang menonjol dalam kasih sayang adalah kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh si pemberi dengan memberi, bukan dengan menerima.
Anda tidak perlu meminta maaf atau menjadi malu karena mengetahui bahwa kodrat manusia adalah mementingkan dirinya sendiri – sejak awal memang demikian dan akan tetap demikian sampai akhir zaman karena manusia ditempatkan di bumi ini dengan kodrat itu. Kita semua serupa dalam hal ini.
Pengetahuan ini, bahwa orang terutama tertarik pada diri mereka sendiri, memberi dasar yang kokoh bagi anda untuk berhubungan dengan orang.
Pengetahuan ini juga memberi anda kekuatan dan keterampilan dalam hubungan anda dengan orang lain. Dalam bab-bab berikut ini, anda akan melihat berapa banyak teknik yang berasal dari pemahaman ini.
Jadi sesungguhnya ini adalah kunci kehidupan bagi anda untuk menyadari bahwa orang terutama tertarik pada diri mereka sendiri dan bukan pada anda.

Jumat, 08 Agustus 2014

memahami manusia page 1



Memahami Manusia 1
BAGAIMANA KITA BELAJAR (DAN MEMBELI)

                  83 %                               Dengan                             Penglihatan
                  11%                                Dengan                             Pendengaran
                  3½ %                              Dengan                             Penciuman
                  1½ %                              Dengan                             Sentuhan
                  1 %                                 Dengan                             Rasa

Memahami Manusia 2
BAGAIMANA KITA MENGINGAT INFORMASI

10 %     dari apa yang kita BACA
20 %     dari apa yang kita DENGAR
30 %     dari apa yang kita LIHAT
50 %     dari apa yang kita LIHAT dan DENGAR
70 %     dari apa yang kita KATAKAN ketika BICARA
90 %     dari  apa yang kita KATAKAN ketika kita MELAKUKAN SESUATU



Memahami Manusia 3

Metode Intruksi
Daya Ingat 3 jam kemudian
Daya Ingat 3 hari kemudian
A.      Hanya memberi tahu
70 %
10 %
B.      Hanya Memperlihatkan
72 %
20 %
C.      Memberi tahu dan Memperlihatkan
85 %
65 %